Sabtu, 19 Oktober 2013

apa sih manfaat ospek???


Ospek adalah kegiatan yang sering kali menjadi suatu hal yan menakutkan bagi mahasiswa baru. Karena pada prakteknya banyak sekali tindakan kekerasan, ajang balas dendam, ataupun perloncoan dalam kegiatannya. Misalnya mahasiswa baru disuruh membawa atau membuat atribut-atribut yang tidak jelas yang tidak ada manfaatnya. Kemudian para senior yang menjadi panitia ospek sendiri punya beberapa alasan yang memang wajar seperti, pertama, ospek sebagai ajang mempererat tali silaturahmi antara senior dan junior, kedua, ospek sebagai cara membangun mental serta alasan-alasan lain yang memang logis.
Namun pada kenyataanya, ospek sering kali jadi satu kegiatan yang anarkis, dimana kekerasan dan merendahkan martabat orang lain adalah hal yang wajar dan menurut mereka itu salah satu cara untk membangun mental. Hello… kita disini sama-sama manusia mbabro! Menurut kita itu salah besar, karena tidak ada satupun tindak kekerasan yang mendidik. FYI, di luar negeri bullying baik dalam hal ospek atau apapun bisa dikenakan pidana, karena sama saja dengan menginjak-injak harga diri orang lain. Dalam pelaksanaan ospek yang sekarang-sekarang ini pun hanya melestarikan budaya feodal, yang dimana para peserta wajib menghormati para senior dan mengikuti aturan serta tindak tanduk mereka. Disini antara senior dan junior hanya beda umur, tingkatan dalam perkuliahan dan pengalaman (mungkin). Kita sama di mata Tuhan. Dengan cara di beri hukuman dan bentakan, dan tak sedikit “main tangan dan kaki” itu tidak efektif karena hanya akan membuat peserta merasa tertekan dan materi yang disampaikan pun tidak akan terserap dengan baik. Bukannya mendapatkan ilmu tetapi rasa kesal yang didapat. Lain di mulut, lain juga di hati. Itu yang banyakan junior rasakan ketika ospek.
Kemudian peserta sering kali di suruh membuat atribut-atibut yang aneh yang hanya menguras waktu dan tenaga, tidak ada manfaatnya. Contoh peserta disuruh membuat topi dari karton kemudian bawa barang-barang yang aneh. Disini kita bisa melihat begitu peserta membutuhkan biaya dalam membuat itu semua.  Sob, nyokap bokap kita bukan mesin ATM, yang setiap butuh uang tinggal gesek atau tinggal ngambil. Anehnya mereka menyebut itu semua sebagai penguji kreativitas. Kreativitas itu tanpa batas! Bukan dengan cara dibatasi seperti dibuat aturan cara membuatnya. Itu hanya menuruti apa yang disuruh, bukan kreatif. Dengan memakai atribut seperti itu kita ibaratkan boneka yang dengan seenaknya atau dengan gampangnya disuruh apa yang mereka inginkan. Biasakan berani untuk berkata “Tidak” pada sesuatu hal yang tidak pantas.
Menurut kita, banyak sekali hal yang bisa dilakukan dan lebih bermanfaat dari hal-hal diatas. Contohnya untuk melatih kerjasama dan solidaritas, para peserta bisaoutbound dengan cara menyenangkan tidak dibawah tekanan. Kedua untuk melatih kekritisan, bisa dilakukan dengan metode andragogy, yaitu dengan pelibatan langsung peserta dengan realitas sosial masyarakat. Banyak sekali cara yang bisa dilakukan, hanya tinggal kita membuka diri dan membuat perubahan. Ospek tidak salah hanya sistemnya saja yang melenceng.

duet artikel oleh : Regiansyah "Gie" Pratama & Muthi Afina

2 komentar: