Ospek adalah kegiatan yang sering kali
menjadi suatu hal yan menakutkan bagi mahasiswa baru. Karena pada prakteknya
banyak sekali tindakan kekerasan, ajang balas dendam, ataupun perloncoan dalam
kegiatannya. Misalnya mahasiswa baru disuruh membawa atau membuat
atribut-atribut yang tidak jelas yang tidak ada manfaatnya. Kemudian para
senior yang menjadi panitia ospek sendiri punya beberapa alasan yang memang
wajar seperti, pertama, ospek sebagai ajang mempererat tali
silaturahmi antara senior dan junior, kedua, ospek sebagai cara
membangun mental serta alasan-alasan lain yang memang logis.
Namun pada kenyataanya, ospek sering
kali jadi satu kegiatan yang anarkis, dimana kekerasan dan merendahkan martabat
orang lain adalah hal yang wajar dan menurut mereka itu salah satu cara untk
membangun mental. Hello… kita disini sama-sama manusia mbabro!
Menurut kita itu salah besar, karena tidak ada satupun tindak kekerasan yang
mendidik. FYI, di luar negeri bullying baik dalam
hal ospek atau apapun bisa dikenakan pidana, karena sama saja dengan
menginjak-injak harga diri orang lain. Dalam pelaksanaan ospek yang
sekarang-sekarang ini pun hanya melestarikan budaya feodal, yang dimana para
peserta wajib menghormati para senior dan mengikuti aturan serta tindak tanduk
mereka. Disini antara senior dan junior hanya beda umur, tingkatan dalam
perkuliahan dan pengalaman (mungkin). Kita sama di mata Tuhan. Dengan cara di
beri hukuman dan bentakan, dan tak sedikit “main tangan dan kaki” itu tidak
efektif karena hanya akan membuat peserta merasa tertekan dan materi yang
disampaikan pun tidak akan terserap dengan baik. Bukannya mendapatkan ilmu
tetapi rasa kesal yang didapat. Lain di mulut, lain juga di hati. Itu yang
banyakan junior rasakan ketika ospek.
Kemudian peserta sering kali di suruh
membuat atribut-atibut yang aneh yang hanya menguras waktu dan tenaga, tidak
ada manfaatnya. Contoh peserta disuruh membuat topi dari karton kemudian bawa
barang-barang yang aneh. Disini kita bisa melihat begitu peserta membutuhkan
biaya dalam membuat itu semua. Sob, nyokap bokap kita bukan mesin
ATM, yang setiap butuh uang tinggal gesek atau tinggal ngambil. Anehnya mereka
menyebut itu semua sebagai penguji kreativitas. Kreativitas itu tanpa
batas! Bukan dengan cara dibatasi seperti dibuat aturan cara membuatnya.
Itu hanya menuruti apa yang disuruh, bukan kreatif. Dengan memakai atribut
seperti itu kita ibaratkan boneka yang dengan seenaknya atau dengan gampangnya
disuruh apa yang mereka inginkan. Biasakan berani untuk berkata “Tidak” pada
sesuatu hal yang tidak pantas.
Menurut kita, banyak sekali hal yang
bisa dilakukan dan lebih bermanfaat dari hal-hal diatas. Contohnya untuk
melatih kerjasama dan solidaritas, para peserta bisaoutbound dengan
cara menyenangkan tidak dibawah tekanan. Kedua untuk melatih kekritisan, bisa
dilakukan dengan metode andragogy, yaitu dengan pelibatan langsung
peserta dengan realitas sosial masyarakat. Banyak sekali cara yang bisa
dilakukan, hanya tinggal kita membuka diri dan membuat perubahan. Ospek tidak
salah hanya sistemnya saja yang melenceng.
duet artikel oleh : Regiansyah
"Gie" Pratama & Muthi Afina
mantap bray, udah pernah ikut ospek belum sebelumnya?
BalasHapuspernah kakak :)
BalasHapus